Pola kalimat
- kata kerja (bentuk kamus) + “beki da”
- kata kerja “suru” selain bisa menjadi “suru beki”, bisa juga menjadi “subeki”
Penggunaan “beki da”
Tata bahasa “beki da” merupakan ungkapan bahasa Jepang yang digunakan untuk menyatakan suatu hal yang menurut pembicara seharusnya atau sebaiknya dilakukan, karena tindakan tersebut merupakan hal yang secara logika memang pantas dilakukan. Umumnya ungkapan ini disampaikan ketika kita ingin menyampaikan suatu peringatan, saran atau rekomendasi kepada orang lain mengenai hal yang sepantasnya orang tersebut lakukan, sehingga tata bahasa “beki da” ini tidak digunakan untuk diri sendiri maupun untuk suatu hal yang sudah diatur atau ditentukan dalam aturan tertentu. Dalam bahasa Indonesia, pola ini memiliki makna “seharusnya” atau “sebaiknya”.
Untuk kalimat yang lebih formal, bisa digunakan “beki desu”, dan hal itu juga berlaku untuk perubahan lainnya. Jika mengungkapkan lawan dari pola ini atau bentuk negatifnya, yaitu “seharusnya tidak” atau “sebaiknya tidak”, maka ganti akhiran desu menjadi “dewa nai”, “dewa arimasen”, atau “janai” untuk bentuk yang kasual. Kemudian, jika mengungkapkan bentuk lampau, dengan arti bahwa suatu hal awalnya diharapkan dilakukan tetapi pada akhirnya tidak dilakukan maka gunakan kata “beki datta” atau “beki deshita” di akhir kalimat.
Contoh kalimat
Gakusei wa arubaito wo amari shinaide, takusan benkyou subeki da.
学生はアルバイトをあまりしないで、たくさん勉強すべきだ。
→ Pelajar seharusnya tidak terlalu sering kerja paruh waktu dan lebih banyak belajar.
Jugyou ni wakaranai koto ga areba, sugu ni sensei ni kiku beki desu.
授業にわからないことがあれば、すぐに先生に聞くべきです。
→ Kalau ada pertanyaan yang tidak dipahami di pelajaran, sebaiknya segera menanyakan pada guru.
Asobitai no nara, hayame ni shukudai wo owaraseru beki da.
遊びたいのなら、早めに宿題を終わらせるべきだ。
→ Kalau ingin bermain, sebaiknya selesaikan PR lebih awal.