Pola “wake dewa nai” dalam bahasa Jepang digunakan untuk menyatakan bentuk negasi atau penolakan yang nuansanya tergolong halus terhadap suatu hal, dan bisa juga berupa penolakan tetapi tidak sepenuhnya. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia pola ini bisa diartikan “bukan berarti” atau “tidak selalu”. Jika menggunakan bentuk negatif sebelum pola “wake dewa nai”, maka dalam bahasa Indonesia bisa berarti “bukan berarti tidak”.
Kita bisa juga menggunakan “to iu wake dewa nai”, yang juga memiliki makna yang serupa dengan “wake dewa nai”. Selain, “wake dewa nai”, bisa juga diungkapkan dengan bentuk negatif lain yang lebih kasual, yaitu “wake janai”. Untuk mengungkapkan bentuk yang lebih sopan, kita hanya perlu mengganti “dewa nai” menjadi “dewa arimasen”.