Pola kalimat
- Kata kerja bentuk negatif “nai” + “to”
- Kata sifat i bentuk negatif “kunai” + “to”
- Kata sifat na bentuk negatif “janai”/”dewa nai” + “to”
- Kata benda bentuk negatif “janai”/”dewa nai” + “to”
Penggunaan “nai to
Tata bahasa “nai to” merupakan kependekan dari tata bahasa “nai to ikenai.” Kata “nai to” ini memiliki arti “jika tidak” sedangkan “ikenai” artinya “tidak boleh”. Apabila digabungkan maka kalimat “nai to ikenai” bermakna apabila sesuatu tidak terjadi atau tidak dilakukan, itu tidak boleh. Sehingga inti dari pola kalimat ini adalah “harus”. Fungsi pola ini dapat dibagi dua sebagai berikut:
1. Keharusan
Pada fungsi ini, kata “nai to” merupakan kependekan dari pola “naito ikenai” yang diterjemahkan “harus” dalam bahasa Indonesia. “Nai to” merupakan bentuk kasual yang dipakai dalam percakapan yang kasual. Fungsi ini biasanya digunakan diakhir kalimat dan hanya bisa menggunakan kata kerja saja.
2. Konsekuensi
Pada fungsi ini, pola kalimat “nai to” digunakan untuk menyatakan sebuah konsekuensi yang buruk akan terjadi apabila suatu hal tidak terjadi atau tidak dilakukan. Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi “kalau tidak”. Pola dengan fungsi ini biasanya digunakan di induk kalimat. Baik kata kerja, kata sifat dan kata benda bisa digunakan untuk fungsi ini.
Contoh kalimat
Juuichi-ji da ne. Mou nenai to.
11時だね。もう寝ないと。
→ Sudah jam 11 malam ya. Harus tidur sekarang.
Taihen! Chikoku da! Sugu ie wo denai to.
大変!遅刻だ!すぐ家を出ないと。
→ Oh tidak! Aku terlambat! Harus segera keluar rumah.
Okyakusan wa nihongo wo hanasenai node, eigo de hanasanai to.
お客さんは日本語を話せないので、英語で話さないと。
→ Karena pelanggan tidak bisa berbicara bahasa Jepang, jadi harus berbicara dalam bahasa Inggris.