Pola kalimat
- Kata kerja bentuk kasual + (bisa ditambah “to iu”) “wake dewa nai”
- Kata sifat i + (bisa ditambah “to iu”) “wake dewa nai”
- Kata sifat na (dengan “na”) + “wake dewa nai” / kata sifat na (tanpa “na”) + da to iu wake dewa nai”
- Kata benda + partikel “no” + “wake dewa nai” / kata benda + da to iu wake dewa nai”
Penggunaan “wake dewa nai”
Pola “wake dewa nai” dalam bahasa Jepang digunakan untuk menyatakan bentuk negasi atau penolakan yang nuansanya tergolong halus terhadap suatu hal, dan bisa juga berupa penolakan tetapi tidak sepenuhnya. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia pola ini bisa diartikan “bukan berarti” atau “tidak selalu”. Jika menggunakan bentuk negatif sebelum pola “wake dewa nai”, maka dalam bahasa Indonesia bisa berarti “bukan berarti tidak”.
Kita bisa juga menggunakan “to iu wake dewa nai”, yang juga memiliki makna yang serupa dengan “wake dewa nai”. Selain, “wake dewa nai”, bisa juga diungkapkan dengan bentuk negatif lain yang lebih kasual, yaitu “wake janai”. Untuk mengungkapkan bentuk yang lebih sopan, kita hanya perlu mengganti “dewa nai” menjadi “dewa arimasen”.
Contoh kalimat
Undou suru dake de, sugu ni yaseru wake dewa nai. Eiyou baransu no ii shokuji mo hitsuyou da.
運動するだけで、すぐに痩せるわけではない。栄養バランスの良い食事も必要だ。
→ Hanya dengan olahraga, bukan berarti akan segera kurus. Perlu juga untuk makan dengan gizi seimbang.
Mainichi eigo no ongaku wo kiite iru hito ga, eigo ga hanaseru to iu wake dewa nai.
毎日英語の音楽を聴いている人が、英語が話せるというわけではない。
→ Orang yang setiap hari mendengarkan musik bahasa Inggris bukan berarti bisa berbicara bahasa Inggris.
Ii daigaku wo sotsugyou shita hito ga, sugu ni shigoto ga mitsukerareru to iu wake dewa arimasen.
いい大学を卒業した人が、すぐに仕事が見つけられるいうわけではありません。
→ Orang yang telah lulus dari universitas yang bagus bukan berarti bisa segera mendapatkan pekerjaan.